Sebelum lebih lanjut membahas apa itu MTV dan MAV maka ada baiknya kita tau dulu apa itu Value.
Value di pikiran kita itu terbentuk dari apa yang kita yakini atau percayai sebagai sesuatu yang berharga, bernilai, penting, atau significant dalam hidup kita. Value terbentuk dari belief, yang merupakan pemaknaan dari pengalaman hidup, yang mempunyai muatan emosi yang sangat kuat, baik itu emosi positif maupun negatif.
Dibawah ini adalah ilustrasi terbentuknya moving toward value (MTV).
Seorang anak yang berasal dari keluarga miskin setiap hari melihat kedua orangtuanya bekerja kerja keras mencari nafkah. Orangtuanya tetap bekerja keras siang dan malam, tidak pernah mengeluh, agar bisa memberikan penghidupan yang layak untuk anaknya. Semua ini dilakukan karena cintanya yang tulus kepada anak mereka. Sampai suatu hari ibu anak ini sakit keras dan hampir meninggal karena terlalu keras bekerja.
Dalam kesedihan mendalam dan takut ibunya meninggal, dan ditambah perasaan haru karena ibunya telah bekeraj begitu keras untuk dirinya, anak ini membuat keputusan, "mulai sekarang saya akan sungguh-sungguh belajar. Saya harus menjadi anak pintar. Nanti kalau sudah besar saya aan bekerja dan menjadi orang kaya agar bisa membahagiakan kedua orangtua saya, terutama ibu saya. Saya mau orangtua saya berhenti beerja keras. Saya ingin mereka bisa menikmati hidup dengan berkelimpahan. Saya akan membalas budi baik orang tua saya."
Nah, begitu anak ini membuat keputusan sepeti diatas, saat itu pula terbentu MTV. Selanjutnya MTV ini akan mempengaruhi perilakunya dan akan mengarahkannya mewujudkan impiannya, yaitu menjadi aya dan membahagiakan kedua orangtuanya.
Bagaimana dengan moving away value (MAV)? apakah prosesnya sama dengan pembentukan MTV?
Prosesnya sama dimana MTV maupun MAV terbentuk sebagai akibat dari pemaknaan atas suatu peristiwa yang dialami seseorang yang mengandung muatan emosi yang kuat, yang melekat pada pemaknaan itu. Khususnya MAV, emosi yang bermain adalah emosi negatif.
Ilustrasinya begini.
Seorang anak kecil, sebut saja Tria, melihat kedua orangtuanya hampir setiap hari bertengkar hebat, berteriak keras dan saling berkata kasar. Tria selalu merasa sedih dan ketakutan saat mendengar atau menyaksikan pertengkaran kedua orangtuanya.
Dalam ketakutan dan kesedihan mendalam ia memberikan makna pada kejadian itu, sesuai dengankemampuan berpikirnya saat itu, bahwa hidup berumah tangga atau pernikahan merupakan sesuatu yang menyakitkan. Ia tidak mau mengalami hal seperti yang dialami orangtuanya.
Saat Tria, dalam kondisi emosi negatif yang intens, memberikan makna bahwa hidup berumah tangga atau pernikahan merupakan sesuatu yang menyakitkan, saat itu pula terbentuk MAV.
Apa pengaruh MAV ini terhadap hidupnya, saat ia dewasa? MAV, begitu terbentuk, berlaku sebagai suatu program pikiran dengan tujuan yang sangat spesifik. Program pikiran ini tersimpan di bawah sadar menunggu waktu yang tepat untuk aktif dan bekerja.
Tria tumbuh menjadi seorang pria yang baik. Namun sayang, sejak remaja Tria mengalami sakit kulit di wajahnya yang membuat wajahnya tampak tidak menarik. Ia telah berobat ke berbagai dokter kulit, tetapi tidak bisa sembuh. Sebenarnya jika Triya tidak sakit kulit, ia adalah sosok pria yang tampan.
Setelah beberapa tahun berobat tanpa hasil, akhirnya dokter kulit angkat tangan. Menurut dokter kulit ini secara klinis kulit Tria tidak ada masalah. Sakit kulitnya bukan karena alergi atau faktor lain. Dokter kulit mengatakan ada kemungkinan sakit kulit Tria lebih disebabkan faktor psikis.
Tria kemudian direferensikan ke seorang hipnoterapis, kawan dari dokter kulit ini. Melalui teknik tertentu akhirnya terungkap bahwa sakit kulit Tria adalah ulah dari pikiran bawah sadarnya.
Dari sesi terapi itu akhirnya diketahui bahwa MAV, yang ada di pikiran bawah sadar Tria, ingin Tria bahagia. MAV ini tidak ingin apa yang terjadi pada orangtua Tria juga terjadi pada dirinya.
Sekian tahun lalu, saat Tria masih kecil, ia memutuskan bahwa hidup berumah tangga atau pernikahan merupakan suatu yang menyakitkan. Maka, agar Tria tidak menikah, agar ia tidak merasakan penderitaan akibat pernikaan, pikiran bawah sadarnya membantu mewujudkan goal itu dengan cara menimbulkan sakit kulit di wajahnya.
Dengan adanya sakit kulit ini, wajah Tria menjadi jelek. Dan, kalau sudah jelek mana ada perempuan yang mau. Karena tidak ada yang mau dengan Tria, Tria tidak akan menikah. Dengan tidak menikah, Tria akan terbebas dari penderitaan yang muncul sebagai akibat dari pernikahan. Dengan demikian, tujuan MAV tercapai. Nah loh .... ?
Apa yang terjadi setelah Tria diterapi si hipnoterapis? Sakit kulitnya sembuh total tanpa diberi obat apa pun. Yang dilakukan hipnoterapis ini adalah membantu Tria memberikan makna baru, yang konstruktif, atas peristiwa yang ia alami waktu kecil.
Mungkin ada yang bertanya-tanya apakah cerita atau ilustrasi di atas benar atau hanya khayalan. Tapi ternyata, cerita atau ilustrasi diatas adalah kasus nyata. Ada banyak contoh lain yang mirip dengan kasus Tria dan dengan MAV yang bermacam-macam ragamnya.
Jadi apa yang diputuskan secara tidak sadar saat kita masih kecil akan menentukan arah hidup kita selanjutnya.
Secara pikiran sadar, kita semua ingin berhasil. Namun, yang sering kali terjadi adalah ada dua bagian yang saling konflik. Ada moving toward value (MTV) yang mendapat tentangan dari moving away value (MAV). Jadi, ada dua value yang saling konflik, saling tarik ulur, saling inging tujuannya yang tercapai.
Selain itu, konflik MTV & MAV ini juga terjadi ketika kita sudah dewasa jadi mudah-mudahan dengan membaca tulisan ini kita semua bisa lebih memahami diri kita dan tahu apa yang sedang terjadi pada diri kita sebenarnya.
Dan terakhir, untuk para orang tua, harap lebih barhati-hati dalam bersikap, bertindak dan bertutur kata terutama hal yang sifatnya negatif didepan anak-anak kita karena dampaknya baru akan terasa ketika mereka sudah dewasa. So, think and act positively!
Sumber: The Secret of Mindset